Cinderella ala Wachowskis

Sabtu, 07 Februari 2015 - 11:17 WIB
Cinderella ala Wachowskis
Cinderella ala Wachowskis
A A A
DUA kali memundurkan jadwal rilis perdananya, Jupiter Ascending diprediksi tak sebagus karya The Wachowskis sebelumnya. Ramalan ini pun menjadi kenyataan.

Alkisah, ada Jupiter Jones (Mila Kunis). Ayahnya meninggal saat dia masih dalam kandungan. Saat lahir, dia diramal akan menjadi bagian dari “sesuatu yang besar”. Tapi kenyataannya, Jupiter dewasa hanyalah seorang pembersih toilet. Setiap pagi, dia harus bangun pukul 04.45, datang dari satu rumah ke rumah berikutnya hanya untuk membersihkan kotoran orang-orang.

“I hate my life,” begitu keluhan Jupiter setiap kali dibangunkan ibunya pada pagi buta. Hingga suatu ketika, Jupiter dikejarkejar alien pemburu bernama Caine Wise (Channing Tatum). Dari sini, kita diberi tahu bahwa Jupiter ternyata adalah reinkarnasi dari penguasa kaya raya keluarga Abrasax yang tinggal di sebuah planet di luar bumi. Dia juga adalah pemilik bumi, dalam arti harfiah.

Kemunculan Caine juga memberi tahu kita bahwa ada persaingan antara “anakanak” Jupiter, yaitu Balem (Eddie Redmayne), Titus (Douglas Booth) dan Kalique (Tuppence Middleton). Caine adalah orang suruhan salah satu dari 3 kakak-beradik tersebut. Ketiganya berlomba-lomba untuk mendapatkan Jupiter, dengan motivasi yang berkaitan dengan keserakahan, kapitalisme, perburuhan, dan keinginan untuk hidup muda selamanya.

Motivasi-motivasi yang dianut keluarga Abrasax tersebut memang menjadi ciri khas film-film The Wachowskis (Trilogi The Matrix, Speed Racer, V for Vendetta, Cloud Atlas) yang sering bertutur tentang kritik sosial dan pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta serta reinkarnasi. Namun kali ini, ciri khas tersebut tenggelam dalam kemasan ala film blockbusteryang penuh dengan adegan tempur berefek spesial canggih yang membosankan.

Bahkan belum juga film berlangsung 30 menit, layar sudah dipenuhi dengan adegan kejar-kejaran di angkasa yang berdurasi panjang dan sudah sering kita lihat dalam puluhan, bahkan ratusan film blockbuster. Belum lagi cara bertutur The Wachowskis yang sangat membingungkan.

Penonton akan dipaksa untuk berpikir keras dan mencerna berulang-ulang bagaimana Jupiter bisa menjadi reinkarnasi seorang penguasa planet lain, apa saja motivasi kakak-beradik Abrasax terhadap Jupiter dan apa dampak motivasi tersebut bagi Jupiter. Latar belakang Caine juga panjang dan melelahkan untuk disimak.

Ini juga belum termasuk pertanyaan mengapa ibu Jupiter yang awalnya digambarkan sebagai seorang dosen, tiba-tiba berujung menjadi seorang pembersih rumah. Ini masih belum cukup. Karakter Jupiter, selain dia adalah pewaris planet bumi, praktis hanyalah seorang perempuan lemah tak berdaya yang tak tahu arah hidupnya, polos, dan mudah dipermainkan oleh para alien kaya raya hingga harus terus-menerus dilindungi dan diselamatkan oleh Caine.

Pada saat sudah banyak film Hollywood yang mengumandangkan kekuatan perempuan, Jupiter Ascendingmalah mengembalikan citra perempuan seperti zaman dongeng Cinderelladan Putri Tidur. Lalu apa yang tersisa dari film ini? Sebetulnya, beberapa settingplanet yang diciptakan The Wachowskis cukup menakjubkan. Visualisasi makhlukmakhluk alien beragam wujud juga mengagumkan.

Juga tentu saja akting keren Eddie Redmayne yang baru saja meraih aktor terbaik Golden Globe Awards sebagai Stephen Hawking dalam The Theory of Everything. Wajah kakunya sebagai Balem, dengan tempo bicara yang lamban dan bervolume kecil, tapi terkesan tegas dan kuat, muncul sebagai tokoh antagonis yang memikat hati.

Hanya itu yang bisa dipuji dari Jupiter Ascending. Selebihnya, kita sebagai penonton sudah mulai harus menurunkan ekspektasi saat film berikutnya dari The Wachowskis muncul di bioskop.

Herita Endriana
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0928 seconds (0.1#10.140)